Pohon Sukun

Artocarpus altilis

Tanaman khas Nusantara yang diperkirakan berasal dari wilayah Indonesia hingga Papua. Sejak migrasi suku-suku Austronesia sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, tanaman ini turut menyebar ke Kepulauan Pasifik dan kini banyak ditemukan di daerah tropis dunia. Buahnya dikenal sebagai sumber pangan alternatif karena kaya karbohidrat, sehingga dapat menggantikan nasi atau kentang sebagai makanan pokok.

Dalam konteks ketahanan pangan, sukun sangat potensial karena kandungan gizinya lebih sehat dibanding beberapa sumber karbohidrat lain. Sukun mengandung mineral dan vitamin yang tinggi, namun kalorinya lebih rendah, sehingga dapat menjadi pilihan makanan diet sekaligus solusi saat terjadi krisis pangan atau gagal panen padi.

Nature of The Plant

Pohon sukun dapat tumbuh hingga 15–20 meter, dengan daun besar berbentuk menjari dan buah bulat berdiameter 10–30 cm. Buahnya berwarna hijau kekuningan, daging buah putih hingga kuning lembut, dan tidak berbiji. Rasanya gurih menyerupai kentang saat dimasak, sehingga sering dijadikan bahan pangan dengan cara digoreng, direbus, maupun dipanggang.

Secara ekologis, pohon sukun memiliki akar yang kuat dan lebar hingga 20 meter. Akar ini tidak hanya menahan pergerakan tanah untuk mencegah longsor, tetapi juga menyerap serta menyimpan banyak air, sehingga membantu mencegah banjir dan menyediakan sumber air di sekitarnya. Dengan sifat ini, sukun tidak hanya berperan sebagai tanaman pangan, tetapi juga sebagai penopang ekosistem dan mitigasi bencana alam.