Pohon sosis (Kigelia africana) adalah anggota keluarga Bignoniaceae yang berasal dari Afrika tropis, mulai dari Chad dan Sudan hingga Afrika Selatan. Pohon ini berukuran sedang hingga besar, dapat mencapai tinggi 10–20 meter dengan tajuk lebar. Daunnya majemuk menyirip, berwarna hijau tua, sementara bunganya besar, berwarna merah tua hingga ungu kecokelatan, berbentuk corong dan mekar di malam hari, biasanya diserbuki kelelawar. Buahnya sangat khas: berbentuk lonjong silindris menyerupai sosis raksasa, panjangnya bisa mencapai 60 cm dengan berat hingga 7 kg.
Keunikan utama pohon sosis dibanding pohon buah tropis lain adalah bentuk buahnya yang sangat mencolok dan tidak umum. Meskipun disebut buah, dagingnya keras, berserat, dan beracun bila dimakan mentah, sehingga tidak dikonsumsi langsung. Namun, buah ini memiliki nilai tradisional tinggi di Afrika: digunakan dalam pengobatan herbal, sebagai bahan fermentasi minuman, bahkan dalam upacara adat.




Secara alami, pohon sosis tumbuh di sabana, tepi sungai, hingga hutan terbuka di Afrika, dengan kondisi tanah yang beragam tetapi lebih menyukai tanah aluvial yang subur dan lembap. Pohon ini toleran terhadap kekeringan, tetapi tumbuh lebih baik di daerah dengan curah hujan cukup. Tajuknya yang lebat membuatnya sering ditanam sebagai pohon peneduh di perkotaan maupun taman botani di berbagai negara tropis, termasuk Indonesia, di mana ia ditanam sebagai tanaman hias dan koleksi eksotik.
Dalam ekologi, pohon sosis memiliki hubungan penting dengan satwa liar. Buahnya, meski keras, dimakan oleh hewan besar seperti kuda nil, gajah, dan jerapah, yang sekaligus membantu menyebarkan bijinya. Bunganya yang mekar di malam hari menarik kelelawar sebagai penyerbuk utama, sementara beberapa jenis burung dan serangga juga ikut berperan. Dengan bentuk buah yang unik dan fungsi ekologisnya, pohon sosis menjadi salah satu pohon ikonik Afrika yang kini menyebar ke berbagai belahan dunia sebagai pohon ornamental.