Pohon aren (Arenga pinnata), juga dikenal sebagai enau atau kaong, adalah palma tropis yang berasal dari Asia Tenggara dan tersebar luas di Indonesia, Filipina, Malaysia, hingga India bagian selatan. Pohon ini dapat tumbuh hingga 20–25 meter dengan batang tunggal tegak yang tertutup serabut hitam keras. Daunnya majemuk menyirip besar, panjangnya bisa mencapai 6–8 meter dengan helai daun yang lebar. Buahnya berbentuk bulat kecil dengan kulit keras, dan dari buah inilah diperoleh biji muda yang setelah direbus menjadi kolang-kaling—makanan tradisional populer di Indonesia yang bertekstur kenyal dan menyegarkan.
Keunikan pohon aren dibandingkan dengan palma lain, seperti kelapa atau lontar, adalah pada hasil produksinya yang sangat beragam. Selain menghasilkan kolang-kaling dari buahnya, pohon ini juga menghasilkan nira dari tandan bunga jantan yang dapat diolah menjadi gula aren, cuka, atau minuman tradisional. Karena multifungsi inilah, aren dianggap sebagai salah satu pohon perkebunan rakyat yang bernilai ekonomi tinggi.




Pohon aren memiliki sifat alami yang sangat adaptif di wilayah tropis dengan curah hujan tinggi. Ia tumbuh baik pada ketinggian 500–1.200 meter di atas permukaan laut, di tanah yang subur, gembur, dan lembap, terutama di lereng bukit atau tepi hutan. Tidak seperti kelapa yang lebih toleran terhadap kondisi pantai, aren justru lebih menyukai daerah pegunungan dan perbukitan. Sistem akarnya yang kuat menjadikan pohon ini efektif mencegah erosi tanah di lereng.
Secara ekologis, pohon aren berperan penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Daun dan batangnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan maupun kerajinan, serabutnya digunakan sebagai sapu atau bahan isolasi, dan nira dari bunganya menjadi sumber energi dan pangan. Dengan kemampuan beradaptasi di lahan miring dan memberikan hasil yang melimpah, pohon aren tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga membantu menjaga kelestarian ekosistem perdesaan dan pegunungan tropis.