Pohon keloncing memiliki sifat alami yang adaptif terhadap berbagai kondisi tanah, mulai dari lempung, berpasir, hingga tanah berbatu, selama drainasenya baik. Ia mampu tumbuh di daerah dengan curah hujan rendah, menjadikannya salah satu spesies ash yang cocok untuk wilayah semi-kering. Pertumbuhannya relatif cepat pada usia muda, dan tajuknya yang lebat membuatnya ideal sebagai pohon peneduh. Meski begitu, usia hidupnya cenderung lebih pendek dibanding spesies ash lainnya, rata-rata sekitar 30–50 tahun.
Secara ekologis, pohon keloncing berfungsi sebagai penyedia keteduhan, penahan angin, serta penambah estetika lanskap. Bunga jantan dan betina biasanya terdapat pada pohon yang berbeda (dioecious), dengan buah berbentuk samara (seperti sayap kecil) yang tersebar oleh angin. Dengan adaptasi terhadap iklim panas dan tanah kering, pohon keloncing menjadi salah satu pilihan populer untuk penghijauan di kawasan perkotaan maupun perumahan, meskipun membutuhkan pemangkasan rutin agar tajuknya tetap rapi.