Pohon Beringin Iprik (Ficus microcarpa atau sering juga disebut Ficus retusa) adalah salah satu varietas pohon beringin dari famili Moraceae, yang sering ditanam sebagai tanaman hias, bonsai, atau pohon peneduh. Di Indonesia, nama “iprik” merujuk pada jenis beringin ini, meskipun terkadang ada kekeliruan identifikasi dengan Ficus benjamina. Daunnya lebih lebar dan lebih gelap dibanding benjamina, batangnya lebih padat dan sering menampilkan akar gantung yang jelas. Daun Iprik juga cenderung lebih tebal dan permukaannya lebih mengkilap.
Yang membedakan Beringin Iprik dari beringin lokal / benjamina adalah estetika daun dan bentuk tumbuhnya: daun Iprik lebih rimbun, warna hijau yang dalam, dan struktur percabangannya lebih padat sehingga terlihat lebih “berisi”. Banyak pecinta bonsai memilih Iprik karena karakter batang dan akar yang menarik ketika dibentuk, serta daya tahan terhadap pemangkasan dan pelatihan bentuk.




Beringin Iprik bersifat sangat adaptif terhadap kondisi lingkungan perkotaan dan dapat tumbuh baik di pot maupun langsung di tanah. Ia tahan terhadap pemangkasan karena sering dibentuk bonsai, dan akar gantungnya mampu tumbuh dari cabang ke tanah, memperkuat fondasi saat sudah besar. Tanaman ini menyukai cahaya yang cukup, kelembapan udara sedang hingga tinggi, dan drainase tanah yang baik. Di lingkungan indoor atau teduh sebagian, daun tetap bisa tumbuh baik, walau tidak sepadat di tempat terkena sinar lebih banyak.
Secara ekologis, Beringin Iprik berperan sebagai pohon penghijauan – memberikan keteduhan dan membantu mendinginkan lingkungan sekitar. Akar yang kuat membantu menahan tanah di sekitar batang, dan tajuknya yang lebat juga dapat membantu menyerap debu dan polusi udara. Karena banyak ditanam sebagai bonsai atau pohon hias, perawatannya melibatkan pemangkasan rutin untuk menjaga bentuk dan kesehatan daun serta batang. Namun, pohon ini bisa rapuh jika akar sudah tua dan terkena kondisi lembab atau basah terus-menerus, yang bisa menyebabkan pembusukan.